Pernyataan kedua yang dijadikan perlindungan oleh umat Buddha adalah Dhamma. Bila mereka berlindung kepada Dhamma, mereka mengucapkan : “Dhammam Saranam Gacchami” yang berarti : “Saya datang berlindung kepada Dhamma.”
Dhamma berarti kebenaran , kesunyataan, ajaran Sang Buddha, Hukum, peraturan-peraturan tata kesusilaan, pengalaman hidup.
Istilah Dhamma mempunyai arti yang sangat luas. Tidak terdapat dalam kata-kata Buddhis yang mempunyai lebih luas daripada Dhamma. Ia mencakup bukan saja benda/keadaan yang saling bergantungan, tetapi juga yang tidak saling bergantungan, misalnya Yang Mutlak, Nibbana.
Ada beberapa pengertian mengenai Dhamma untuk memperjelas arti yang telah disebutkan di atas yaitu :
1. Dhamma 2 : 2 Bagian Dhamma yaitu :
a. Rupa : Materi bentuk jasmani
b. Nama : Bathin, Jiwa
2. Dhamma 2 : 2 Bagian Dhamma yaitu :
a. Lokiya : duniawi
b. Lokuttara : di atas duniawi, di luar duniawi, luhur
3. Dhamma 2 : 2 Bagian Dhamma yaitu :
a. Sankkata-Dhamma : yang bersyarat yaitu :
- tertampak dilahirkan
- tertampak lenyapnya
- selama ia berada tertampak perubahan-perubahannya
b. Asankkata-Dhamma : yang tidak bersyarat (Nibbana) yaitu :
- tidak dilahirkan
- tidak termusnah
- ada dan tidak berubah
4. Dhamma 3 : 3 Bagian Dhamma yaitu :
a. Kusala-Dhamma : keadaan yang baik
b. Akusala-Dhamma : keadaan yang tidak baik
c. Abyakata-Dhamma : Keadaan yang netral
Untuk dapat mngerti dengan benar adanya mengenai Dhamma tersebut maka kita harus melaksanakan dengan tiga tahap yaitu :
1. Pariyatti Dhamma : Belajar dengan tekun Dhamma-Vinaya
2. Patipatti Dhamma : Melakssanakan Dhamma – Vinaya di dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pativedha Dhamma : Penembusan, yaitu menganalisa kejadian-kejadian hidup melalui meditasi Vipassana-Bhavana sehingga mencapai kebebasan mutlak.
Dhamma Vinaya, yang dimaksudkan Dhamma adalah Sutta Pitaka dan Abhidhamma Pitaka. Yang dimaksud Vinaya adalah Vinaya Pitaka. Jadinya Dhamma Vinaya adalah Kitab Suci Tipitaka.
Sang Buddha tidak menuntut kepercayaan membuta dari para pengikutnya, yang tidak mengajarkan kenyakinan yang bersifat dogma, yang tidak menganjurkan upacara-upacara tahyul, tetapi mengajarkan jalan tengah yang mengarahkan manusia pada kehidupan dan pikiran murni guna memperoleh kebijaksanaan mulia dan kebebasan dari semua kejahatan.
Sang Buddha yang penuh cinta kasih telah parinibbana, namun Dhamma nan mulia yang telah Beliau wariskan seluruhnya pada umat manusia, masih ada dalam bentuknya yang murni.
Sekalipun Beliau tidak meninggalkan catatan-catatan tertulis tentang ajarannya, tetapi para siswa Beliau yang terkemuka telah merawat ajaran Beliau dengan jalan menghafal dan mengajarkannya secara lisan dari generasi ke generasi.
Segera setelah Sang Buddha wafat, 500 Arahat yang merupakan siswa yang terkemuka yang ahli dalam Dhamma dan Vinaya (disiplin) menyelenggarakan suatu persamuan untuk mengulang kembali seluruh ajaran Sang Buddha. Yang mulia Ananda Thera yang memiliki kesempatan istimewa mendengarkan semua kotbah Sang Buddha, membaca ulang Dhamma, sedang Upali Thera membaca ulang Vinaya. Demikianlah Tipitaka dikumpulkan dan disusun dalam bentuk yang sekarang oleh para Arahat tersebut.
Sesuai dengan makna yang terkandung dalam kata tersebut Tipitaka berarti 3 keranjang yaitu :
1. Vinaya Pitaka, berisi peraturan-peraturan bagi para Bhikkhu-Bhikkhuni
2. Sutta Pitaka, berarti kumpulan kotbah Sang Buddha dan beberapa siswa Beliau yang terkemuka
3. Abhidhamma Pitaka, merupakan sistematika ajaran yang terdapat dalam Sutta pitaka
Dhamma akan melindungi mereka yang mempraktekkan Dhamma, Praktek Dhamma akan membawa kebahagiaan. Barang siapa mengikuti Dhamma tidak akan pergi kea lam penderitaan.
Adalah wajar bilamana semua makhluk hidup di dunia ini mengharapkan kebahagiaan dan terhindar dari mara bahaya. Binatangpun mencari kebahagiaan. Bila hari cerah kita lihat burung bergembira mencari makanannya dan anjing berjemur diri menikmati hangatnya sinar matahari. Semut hilir mudik bergotong royong mengangkut makanan demi persediaan di dalam sarangnya.
Bagaimana halnya manusia sebagai makhluk yang berakal, mereka juga berlomba mengumpulkan kebutuhan hidupnya, harta dan barang-barang demi kebahagiaannya. Apakah benar barang-barang ini dapat memberikan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Bilamana kekayaan atau benda itu diperolehnya dengan cara yang benar sesuai dengan Dhamma. Memang hal itu dapat merupakan faktor bagi timbulnya kebahagiaan. Tetapi sebaliknya bila kekayaan atau benda itu diperolehnya bukan dnegan cara yang benar menurut Dhamma maka bukannya kebahagiaan yang diterima tetapi penderitaan. Oleh karena itu Guru yang bijaksana, Sang Buddha memberikan Petunjuk bagaimana cara yang benar untuk memperoleh kebahagiaan. Meskipun bersifat sementara kebahagiaan di dunia masih berguna bagi kehidupan. Sebab bila tidak ada kebahagiaan hidup manusia tidak ada artinya. Menurut Dhamma bila kita mencari kebahagiaan hendaknya kita tidak meninggalkan kemoralan (Sila) yaitu Pancasila.
Untuk itu kita harus menyadari ada 2 macam kebahagiaan (sukha) :
1. Samisa-sukha, bahagia yang bermata kail. Kebahagiaan yang didalamnya mengandung ratap tangis dan kekecewaan
2. Nisamisa-sukha, bahagia yang tidak bermata kail. Kebahagiaan sejati karena didalamnya tidak mengandung ratap tangis dan kekecewaan. Kebahagaiaan yang membuat bathin tenang dan tentram
Kebahagiaan yang pertama ialah kebahagiaan yang diperoleh karena mengikuti hawa nafsu (Kama Chanda) yang tidak pernah merasa puas. Bila diikuti terus menyebabkan makhluk hidup terus berputar tak ada akhirnya dalam bahva cakka (roda tumumbal lahir).
Sebaliknya kebahagiaan yang kedua ialah kebahagiaan bathin yang terbebas dari pengaruh nafsu. Dapat dicapai dengan menahan diri (kamasamvara). Di sebut kebahagiaan tak bermata kail karena merupakan suatu kemenangan dalam perjuangan jalan kesucian.
Ada 6 macam kebajikan Sang Dhamma (Dhamma Guna 6) yaitu :
a. Svakkato Bhagavata Dhammo = Dhamma adalah ajaran Sang Buddha yang sempurna.
b. Sandittiko = Pelaksana yang melihat kesunyataan dengan kekuatan diri sendiri
c. Akaliko = Terbebas dari keadaan dan waktu
d. Ehipassiko = Mengundang, datang, memeriksa
e. Opanayiko = patut dilaksanakan
f. Pacatam Vedithobo Vinnuhiti = Dapat diselami oleh para Bijaksana dalam bathinnya.
Dhamma berarti kebenaran , kesunyataan, ajaran Sang Buddha, Hukum, peraturan-peraturan tata kesusilaan, pengalaman hidup.
Istilah Dhamma mempunyai arti yang sangat luas. Tidak terdapat dalam kata-kata Buddhis yang mempunyai lebih luas daripada Dhamma. Ia mencakup bukan saja benda/keadaan yang saling bergantungan, tetapi juga yang tidak saling bergantungan, misalnya Yang Mutlak, Nibbana.
Ada beberapa pengertian mengenai Dhamma untuk memperjelas arti yang telah disebutkan di atas yaitu :
1. Dhamma 2 : 2 Bagian Dhamma yaitu :
a. Rupa : Materi bentuk jasmani
b. Nama : Bathin, Jiwa
2. Dhamma 2 : 2 Bagian Dhamma yaitu :
a. Lokiya : duniawi
b. Lokuttara : di atas duniawi, di luar duniawi, luhur
3. Dhamma 2 : 2 Bagian Dhamma yaitu :
a. Sankkata-Dhamma : yang bersyarat yaitu :
- tertampak dilahirkan
- tertampak lenyapnya
- selama ia berada tertampak perubahan-perubahannya
b. Asankkata-Dhamma : yang tidak bersyarat (Nibbana) yaitu :
- tidak dilahirkan
- tidak termusnah
- ada dan tidak berubah
4. Dhamma 3 : 3 Bagian Dhamma yaitu :
a. Kusala-Dhamma : keadaan yang baik
b. Akusala-Dhamma : keadaan yang tidak baik
c. Abyakata-Dhamma : Keadaan yang netral
Untuk dapat mngerti dengan benar adanya mengenai Dhamma tersebut maka kita harus melaksanakan dengan tiga tahap yaitu :
1. Pariyatti Dhamma : Belajar dengan tekun Dhamma-Vinaya
2. Patipatti Dhamma : Melakssanakan Dhamma – Vinaya di dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pativedha Dhamma : Penembusan, yaitu menganalisa kejadian-kejadian hidup melalui meditasi Vipassana-Bhavana sehingga mencapai kebebasan mutlak.
Dhamma Vinaya, yang dimaksudkan Dhamma adalah Sutta Pitaka dan Abhidhamma Pitaka. Yang dimaksud Vinaya adalah Vinaya Pitaka. Jadinya Dhamma Vinaya adalah Kitab Suci Tipitaka.
Sang Buddha tidak menuntut kepercayaan membuta dari para pengikutnya, yang tidak mengajarkan kenyakinan yang bersifat dogma, yang tidak menganjurkan upacara-upacara tahyul, tetapi mengajarkan jalan tengah yang mengarahkan manusia pada kehidupan dan pikiran murni guna memperoleh kebijaksanaan mulia dan kebebasan dari semua kejahatan.
Sang Buddha yang penuh cinta kasih telah parinibbana, namun Dhamma nan mulia yang telah Beliau wariskan seluruhnya pada umat manusia, masih ada dalam bentuknya yang murni.
Sekalipun Beliau tidak meninggalkan catatan-catatan tertulis tentang ajarannya, tetapi para siswa Beliau yang terkemuka telah merawat ajaran Beliau dengan jalan menghafal dan mengajarkannya secara lisan dari generasi ke generasi.
Segera setelah Sang Buddha wafat, 500 Arahat yang merupakan siswa yang terkemuka yang ahli dalam Dhamma dan Vinaya (disiplin) menyelenggarakan suatu persamuan untuk mengulang kembali seluruh ajaran Sang Buddha. Yang mulia Ananda Thera yang memiliki kesempatan istimewa mendengarkan semua kotbah Sang Buddha, membaca ulang Dhamma, sedang Upali Thera membaca ulang Vinaya. Demikianlah Tipitaka dikumpulkan dan disusun dalam bentuk yang sekarang oleh para Arahat tersebut.
Sesuai dengan makna yang terkandung dalam kata tersebut Tipitaka berarti 3 keranjang yaitu :
1. Vinaya Pitaka, berisi peraturan-peraturan bagi para Bhikkhu-Bhikkhuni
2. Sutta Pitaka, berarti kumpulan kotbah Sang Buddha dan beberapa siswa Beliau yang terkemuka
3. Abhidhamma Pitaka, merupakan sistematika ajaran yang terdapat dalam Sutta pitaka
Dhamma akan melindungi mereka yang mempraktekkan Dhamma, Praktek Dhamma akan membawa kebahagiaan. Barang siapa mengikuti Dhamma tidak akan pergi kea lam penderitaan.
Adalah wajar bilamana semua makhluk hidup di dunia ini mengharapkan kebahagiaan dan terhindar dari mara bahaya. Binatangpun mencari kebahagiaan. Bila hari cerah kita lihat burung bergembira mencari makanannya dan anjing berjemur diri menikmati hangatnya sinar matahari. Semut hilir mudik bergotong royong mengangkut makanan demi persediaan di dalam sarangnya.
Bagaimana halnya manusia sebagai makhluk yang berakal, mereka juga berlomba mengumpulkan kebutuhan hidupnya, harta dan barang-barang demi kebahagiaannya. Apakah benar barang-barang ini dapat memberikan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Bilamana kekayaan atau benda itu diperolehnya dengan cara yang benar sesuai dengan Dhamma. Memang hal itu dapat merupakan faktor bagi timbulnya kebahagiaan. Tetapi sebaliknya bila kekayaan atau benda itu diperolehnya bukan dnegan cara yang benar menurut Dhamma maka bukannya kebahagiaan yang diterima tetapi penderitaan. Oleh karena itu Guru yang bijaksana, Sang Buddha memberikan Petunjuk bagaimana cara yang benar untuk memperoleh kebahagiaan. Meskipun bersifat sementara kebahagiaan di dunia masih berguna bagi kehidupan. Sebab bila tidak ada kebahagiaan hidup manusia tidak ada artinya. Menurut Dhamma bila kita mencari kebahagiaan hendaknya kita tidak meninggalkan kemoralan (Sila) yaitu Pancasila.
Untuk itu kita harus menyadari ada 2 macam kebahagiaan (sukha) :
1. Samisa-sukha, bahagia yang bermata kail. Kebahagiaan yang didalamnya mengandung ratap tangis dan kekecewaan
2. Nisamisa-sukha, bahagia yang tidak bermata kail. Kebahagiaan sejati karena didalamnya tidak mengandung ratap tangis dan kekecewaan. Kebahagaiaan yang membuat bathin tenang dan tentram
Kebahagiaan yang pertama ialah kebahagiaan yang diperoleh karena mengikuti hawa nafsu (Kama Chanda) yang tidak pernah merasa puas. Bila diikuti terus menyebabkan makhluk hidup terus berputar tak ada akhirnya dalam bahva cakka (roda tumumbal lahir).
Sebaliknya kebahagiaan yang kedua ialah kebahagiaan bathin yang terbebas dari pengaruh nafsu. Dapat dicapai dengan menahan diri (kamasamvara). Di sebut kebahagiaan tak bermata kail karena merupakan suatu kemenangan dalam perjuangan jalan kesucian.
Ada 6 macam kebajikan Sang Dhamma (Dhamma Guna 6) yaitu :
a. Svakkato Bhagavata Dhammo = Dhamma adalah ajaran Sang Buddha yang sempurna.
b. Sandittiko = Pelaksana yang melihat kesunyataan dengan kekuatan diri sendiri
c. Akaliko = Terbebas dari keadaan dan waktu
d. Ehipassiko = Mengundang, datang, memeriksa
e. Opanayiko = patut dilaksanakan
f. Pacatam Vedithobo Vinnuhiti = Dapat diselami oleh para Bijaksana dalam bathinnya.
DHAMMA STUDY GROUP, BOGOR
0 comments:
Post a Comment